Friday, December 11, 2015

GALAU CARI CITA-CITA


Kalau ditanya cita-cita, saya selalu kesulitan untuk menjawab. Memang sih dari dulu saya tidak pernah terlalu memikirkan masa depan, pokoknya yang sekarang terjadi, lakukan saja sebisanya. Dengan pemikiran yang sangat nggak ambisius seperti itu, saya belum mendapatkan kendala yang berarti. Makanya saya masih belum mulai berpikir tentang masa depan dengan serius. Saya tahu itu bukanlah hal yang baik, tapi apa daya, saya sangat tidak termotivasi untuk memikirkan masa depan.
Walaupun saya tidak punya cita-cita sekarang, bukan berarti saya tidak pernah punya cita-cita. Duluuu sekali, saat saya masih di bangku sekolah dasar kelas 3, saya ingin menjadi dokter. Cita-cita yang sangat mainstream memang, tapi alasannya bukan “soalnya aku pingin menyembuhkan orang sakit” atau semacamnya :v sebenarnya saya ingin jadi dokter karena ingin seperti ayah saya yang kebetulan adalah seorang dokter.
Begitu beranjak ke kelas 6, karena kegemaran saya menggambar dan membaca manga, saya ingin sekali menjadi seorang mangaka aka komikus. Tapi orang tua saya tidak membolehkan karena ada hadits yang melarang kita untuk menggambar manusia atau hewan. Tapi tentu saja walaupun dilarang, saya tidak terlalu mengindahkan larangan orang tua saya. Saya tetap latihan menggambar dan terus membaca manga, dan terkadang mengarang cerita untuk komik yang ingin saya buat. Dan hingga pada akhirnya saya menemukan sebuah profesi bernama arsitek saat sudah kelas 3 SMP. Pada saat itu saya berpikir, menjadi arsitek adalah cita-cita yang tepat, mengingat larangan agama untuk menggambar orang dan hewan.
Beberapa bulan setelahnya, tiba-tiba saja saya tidak dapat menjadi arsitek. Kenapa? Karena ternyata saya buta warna parsial. Saat itu kakak saya yang pertama baru lulus SMA dan akan mendaftar kuliah, dan dia ingin melanjutkan studinya ke arsitektur UB. Sebagai persyaratan, kakak saya harus bebas buta warna. Oleh karena itu, ayah saya memberikan tes buta warna kepada kakak saya. Melihat sesuatu yang tidak biasa, kami sekeluarga bergerombol mengelilingi ayah dan kakak saya untuk melihat keberlangsungan tes buta warna tersebut, dan ternyata dari enam orang anak orang tua saya, ada satu yang buta warna.
Mulai saat itu, saya sudah kehilangan ketertarikan untuk memikirkan masa depan. Sebenarnya hingga sekarangpun saya tidak tertarik untuk memikirkan masa depan. Cita-cita? Saya belum punya.
Tapi kalaupun harus ada, saya memiliki 2 pekerjaan yang menarik bagi saya. Pertama adalah cita-cita paling mainstream buat anak informatika (kayaknya), yaitu game developer. Mengingat saya suka kecanduan main game, saya ingin menghancurkan masa depan anak-anak di dunia dengan game yang akan saya buat sampai mereka semua juga kecanduan dan melalaikan sekolah mereka :v oke itu bercanda, tapi kalau boleh jujur, saya tidak punya alasan apa-apa selain karena saya suka main game. Untuk masalah strategi untuk bisa menjadi seorang game developer, saya pribadi sudah mulai mendalami dasar-dasar pemrograman. Untuk sekarang, saya mengikuti CP (Competitive Programming) yang dibina oleh Bapak Rully Soelaiman. Walaupun baru belajar hal-hal yang sangat dasar di CP, saya benar-benar merasa mendapat banyak ilmu yang tidak saya dapatkan di kelas. Dan jika kelak saya tidak bisa menjadi seorang game developer, saya akan memilih pekerjaan yang saya pikir menarik setelah game developer.
Pekerjaan menarik yang kedua adalah UI designer. Alasannya sudah sangat jelas, karena saya passionnya sebenarnya di gambar. tapi kenapa saya jadikan hal yang sebenarnya adalah passion saya di pilihan kedua? Karena saya tidak pede dengan kemampuan saya. Dibandingkan orang-orang yang memang mendalami desain visual dan semacamnya, saya akan butuh belajar sangat banyak untuk bisa menyaingi mereka. Untuk sekarang, walaupun menjadi UI designer adalah pilihan kedua, saya masih tetap rajin coret-coret di kertas dan buku, hehe. Walaupun pasti nanti saya perlu belajar lebih banyak lagi, tapi untuk sekarang saya akan mendalami dasar-dasar menggambar yang dapat saya pelajari secara otodidak.
Kalau pilihan kedua juga tidak bisa gimana? Hmm, mungkin saya akan jadi pekerja kantoran saja. Atau freelancing jadi programmer, hehe.
Yah, begitulah kira-kira kegalauan saya tentang cita-cita saya. Terima kasih sudah menyempatkan diri untuk membaca, kalau ada pertanyaan jangan sungkan-sungkan untuk bertanya :3

M. Rosyid Abdurrohman

5115100144

0 komentar:

Post a Comment