Kalau ditanya
cita-cita, saya selalu kesulitan untuk menjawab. Memang sih dari dulu saya
tidak pernah terlalu memikirkan masa depan, pokoknya yang sekarang terjadi,
lakukan saja sebisanya. Dengan pemikiran yang sangat nggak ambisius seperti
itu, saya belum mendapatkan kendala yang berarti. Makanya saya masih belum
mulai berpikir tentang masa depan dengan serius. Saya tahu itu bukanlah hal
yang baik, tapi apa daya, saya sangat tidak termotivasi untuk memikirkan masa
depan.
Walaupun saya
tidak punya cita-cita sekarang, bukan berarti saya tidak pernah punya
cita-cita. Duluuu sekali, saat saya masih di bangku sekolah dasar kelas 3, saya
ingin menjadi dokter. Cita-cita yang sangat mainstream memang, tapi alasannya bukan
“soalnya aku pingin menyembuhkan orang sakit” atau semacamnya :v sebenarnya
saya ingin jadi dokter karena ingin seperti ayah saya yang kebetulan adalah
seorang dokter.
Begitu beranjak
ke kelas 6, karena kegemaran saya menggambar dan membaca manga, saya ingin
sekali menjadi seorang mangaka aka komikus. Tapi orang tua saya tidak
membolehkan karena ada hadits yang melarang kita untuk menggambar manusia atau
hewan. Tapi tentu saja walaupun dilarang, saya tidak terlalu mengindahkan
larangan orang tua saya. Saya tetap latihan menggambar dan terus membaca manga,
dan terkadang mengarang cerita untuk komik yang ingin saya buat. Dan hingga pada
akhirnya saya menemukan sebuah profesi bernama arsitek saat sudah kelas 3 SMP. Pada
saat itu saya berpikir, menjadi arsitek adalah cita-cita yang tepat, mengingat
larangan agama untuk menggambar orang dan hewan.
Beberapa bulan
setelahnya, tiba-tiba saja saya tidak dapat menjadi arsitek. Kenapa? Karena
ternyata saya buta warna parsial. Saat itu kakak saya yang pertama baru lulus
SMA dan akan mendaftar kuliah, dan dia ingin melanjutkan studinya ke arsitektur
UB. Sebagai persyaratan, kakak saya harus bebas buta warna. Oleh karena itu, ayah
saya memberikan tes buta warna kepada kakak saya. Melihat sesuatu yang tidak
biasa, kami sekeluarga bergerombol mengelilingi ayah dan kakak saya untuk
melihat keberlangsungan tes buta warna tersebut, dan ternyata dari enam orang
anak orang tua saya, ada satu yang buta warna.
Mulai saat itu,
saya sudah kehilangan ketertarikan untuk memikirkan masa depan. Sebenarnya hingga
sekarangpun saya tidak tertarik untuk memikirkan masa depan. Cita-cita? Saya belum
punya.
Tapi kalaupun
harus ada, saya memiliki 2 pekerjaan yang menarik bagi saya. Pertama adalah
cita-cita paling mainstream buat anak informatika (kayaknya), yaitu game
developer. Mengingat saya suka kecanduan main game, saya ingin menghancurkan
masa depan anak-anak di dunia dengan game yang akan saya buat sampai mereka
semua juga kecanduan dan melalaikan sekolah mereka :v oke itu bercanda, tapi
kalau boleh jujur, saya tidak punya alasan apa-apa selain karena saya suka main
game. Untuk masalah strategi untuk bisa menjadi seorang game developer, saya
pribadi sudah mulai mendalami dasar-dasar pemrograman. Untuk sekarang, saya
mengikuti CP (Competitive Programming) yang dibina oleh Bapak Rully Soelaiman. Walaupun
baru belajar hal-hal yang sangat dasar di CP, saya benar-benar merasa mendapat
banyak ilmu yang tidak saya dapatkan di kelas. Dan jika kelak saya tidak bisa
menjadi seorang game developer, saya akan memilih pekerjaan yang saya pikir
menarik setelah game developer.
Pekerjaan
menarik yang kedua adalah UI designer. Alasannya sudah sangat jelas, karena
saya passionnya sebenarnya di gambar. tapi kenapa saya jadikan hal yang
sebenarnya adalah passion saya di pilihan kedua? Karena saya tidak pede dengan
kemampuan saya. Dibandingkan orang-orang yang memang mendalami desain visual
dan semacamnya, saya akan butuh belajar sangat banyak untuk bisa menyaingi
mereka. Untuk sekarang, walaupun menjadi UI designer adalah pilihan kedua, saya
masih tetap rajin coret-coret di kertas dan buku, hehe. Walaupun pasti nanti
saya perlu belajar lebih banyak lagi, tapi untuk sekarang saya akan mendalami
dasar-dasar menggambar yang dapat saya pelajari secara otodidak.
Kalau
pilihan kedua juga tidak bisa gimana? Hmm, mungkin saya akan jadi pekerja
kantoran saja. Atau freelancing jadi programmer, hehe.
Yah,
begitulah kira-kira kegalauan saya tentang cita-cita saya. Terima kasih sudah
menyempatkan diri untuk membaca, kalau ada pertanyaan jangan sungkan-sungkan
untuk bertanya :3
M. Rosyid
Abdurrohman
5115100144
0 komentar:
Post a Comment